Operator PPDB Rawan Curang Bisa Ubah Jarak Rumah dan Sekolah

oleh -579 Dilihat
oleh
Penerimaan Peserta Didik Baru Online. (ist)

BEKASI SELATAN, BEKASIPEDIA.com – Meskipun sistem terus saja diperbaiki, kecurangan pada saat proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online bakal terjadi lagi tahun ini. Salah satu modus yang bisa digunakan adalah dengan mengubah jarak dari rumah ke sekolah.

Pengamat pendidikan Kota Bekasi, Imam Kobuk Yahya, menuturkan potensi kecurangan masih ada di PPDB tahun ini. Ia mengungkapkan calo siswa masih akan bergentayangan pada saat PPDB, ironisnya calo akan bergentayangan di dalam sekolah. Pasalnya dengan juknis yang sudah sedemikian ketat tidak bisa lagi ada calo dari luar sekolah. Menurutnya, operator PPDB memiliki peran dalam aksi kecuragan tersebut.

Kemungkinan selanjutnya adalah kecurangan dengan menggunakan modus ubah jarak dari rumah ke sekolah, dimana pada proses pendaftaran ini biasanya siswa hanya akan menerima hasil akhir dari proses perhitungan jarak tersebut.

“Nggak, sama saja. Orang-orang itu kan sebetulnya titipan, jadinya tersembunyi, yang biasanya PPDB itu calonya bisa dari luar, tapi dengan aturan yang ketat seperti itu justru calonya ada didalam,” katanya, seperti dilansir Senin (17/6/2019).

Hitungannya, untuk Kota dan Kabupaten Bekasi terutama pada sekolah ditingkat SMA, dimana antara peminat dengan kuota yang tersedia cukup jauh perbedaannya maka untuk calon siswa terutama di sekolah favorit yang jaraknya lebih dari 1KM dari rumah tidak akan dapat.

Kuota PPDB tahun ini, untuk jalur zonasi lebih besar dibandingkan tahun lalu. Namun peminat untuk sekolah negeri ini juga besar. Alasannya, untuk SMA ini didominasi oleh siswa yang akan meneruskan ke jenjang perguruan tinggai, sementara sekolah-sekolah swasta yang mendapatkan jalur undangan di perguruan tinggi negeri kata Imam bisa dihitung dengan jari.

Ia menyarankan pada pelaksanaan PPDB ini seharusnya pada proses perhitungan jarak dilakukan secara terbuka. “Transparan itu kan bohong itu, karena gini kedua itu kan pendaftarannya kan offline, yang online itu seleksinya. Pendaftarannya harus mendaftar di sekolah tujuan pertama, harus lewat offline melalui operator, nggak bisa daftar sendiri kan,” jelasnya.

Pada proses ini posisi operator kata Imam, memegang peranan besar bagaimana PPDB tahun ini bisa berjalan dengan jujur. Sampai dengan saat ini Imam membeberkan masih banyak orang tua yang belum mengerti tata cara untuk mendaftarkan anaknya ke sekolah negeri, bahkan web dinas pendidikan provinsi Jawa Barat sendiri baru aktif sejak bulan Mei lalu seputar PPDB ini.

Dia mengaku, dalam sehari mencapai 10 ribu pertanyaan masuk di blog pribadinya, sementara sekitar 200 pesan masuk di media sosial Whatsapp untuk menanyakan juknis PPDB kepadanya. Pengelolaan SMA dan SMK di pemerintah provinsi menjadi kendala tersendiri karena terlalu jauh untuk mendapatkan informasi.

Sementara di kantor cabang dinas pendidikan yang ada, Imam menuturkan orang tua siswa sulit untuk mendapatkan informasi ini. “Nah di sekolah-sekolah SMA yang ada pada sombong, oh belum mulai, nanti aja kalau sudah mulai datang. Jadi kadang saya lihat gini juga panitia di sekolah itu, dia hanya memberikan informasi kalau ke saudaranya, yang dekat-dekat. Kalau yang enggak mah, karena terbatas kan,” imbuhnya.

Ia mengingatkan kepada orang tua untuk terlebih dahulu menguasai dan mencari informasi lengkap perihal PPDB, mereka diingatkan untuk tidak mendaftar di hari pertama melainkan untuk mencari informasi bila belum menguasai betul proses PPDB tersebut.

Sementara itu, Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan (KCD) wilayah III Provinsi Jawa Barat, Hery Pansila meyakinkan bahwa tidak akan ada kecurangan dalam proses PPDB salah satunya adalah adanya siswa titipan.

Pihaknya melarang keras adanya upaya transaksional dalam proses PPDB baik itu dilakukan oleh oknum sekolah maupun orang tua. “Kadang ada yang tinggalnya sudah dekat dengan sekolah sebenernya dia sudah pasti diterima tapi dia nggak yakin, akhirnya dia nitip. Pak tolong dong anak saya ini dikawal, padahal sudah pasti diterima orang dia dekat sama sekolah. Akhirnya dimanfaatkan lah sama oknum, dijual lah bangku sekolah itu, itu yang kita nggak mau, nggak boleh ada transaksional,” katanya.

Menurutnya kadang kalau akibat dari orang tua yang memaksakan anaknya untuk masuk di sekolah negeri membuat mereka melakukan hal tersebut. Untuk mengawasi tindak kecurangan dengan modus ubah jarak ini, siswa maupun orang tua bisa memperhatikan dan mencari tahu jarak sesungguhnya menggunakan aplikasi maps. Hasil dari aplikasi tersebut bisa diselaraskan dengan hasil dari tempat sekolah mendaftar. (*)