BEKASI SELATAN, BEKASIPEDIA.com – Kawasan Bekasi sebelumnya banyak yang mencibir, jauh dari planet Bumi di Media Sosial. Tetap kenyataannya kawasan daerah Bekasi terus tumbuh dan berkembang. Bahkan Bekasi dinilai sebagai kawasan yang paling potensial menjadi kota masa depan.
Hal ini tidak lepas karena Bekasi kini punya sejumlah infrastruktur konektivitas paling lengkap dibanding kawasan lainnya. Mulai dari Light Rail Transit (LRT), Bus Rapid Transit (BRT), Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter Line, Jalan Tol, Jalan Tol Layang, serta dilintasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
“Kini Bekasi memiliki sejumlah infrastruktur konektivitas paling lengkap yang seluruhnya berada dalam satu kawasan. Bekasi potensial dikembangkan sebagai transit oriented development (TOD). Karena kota masa depan adalah kota yang memudahkan warganya beraktivitas dalam tata kota yang saling terkoneksi,” papar Direktur PT Jababeka Tbk Sutedja Darmono saat menjadi pembicara “Creating The Cities of The Future” pada Kongres Diaspora Indonesia ke-5 di Jakarta, saat dilansir dari Kompas.com, Senin (12/8/2019).
Dia mencontohkan kota Shanghai, China. Kota ini memiliki kereta bawah tanah terpanjang dengan nama Shanghai Metro. Kereta bawah tanah ini beroperasi sepanjang 548 kilometer, yang menghubungkan 14 dari total 17 distrik di kota tersebut.
Shanghai Metro dibangun tahun 1986 dan beroperasi pada 1993. MRT ini merupakan ketiga tertua di China setelah Beijing Subway dan Tianjin Metro. “Warga Shanghai banyak yang menggunakan moda transportasi ini. Ke kantor, ke mal, ke mana-mana, mereka naik MRT. Sama dengan MRT Jakarta yang mampu mengubah perilaku warga dalam bertransportasi,” tutur Sutedja.
Shanghai Metro pun termasuk salah satu pilihan transportasi favorit. Hal ini terbukti dengan catatan penumpang tahunan sebanyak 3,71 miliar orang pada 2018. Sementara jumlah penumpang harian mencapai 13,29 juta pada 8 Maret 2019. Selain terkoneksi dengan sejumlah moda transportasi, kota masa depan menurut Sutedja juga harus nyaman didiami.
“Tidak berpolusi, tidak terlalu ekstrim suhunya, tenang, dan memungkinkan warganya untuk lebih kreatif dan inovatif. Lebih ke smart city,” kata dia.
Sutedja mengatakan, contoh paling bagus untuk mengembangkan smart city adalah Kota San Fransisco di Amerika Serikat. Kota ini, kata Sutedja, memiliki ekosistem lengkap sebagai kota pintar, termasuk industri, inovasi, rancangan kota, konektivitas, dan lain sebagainya. “San Fransisco adalah kota yang paling enak didiami, tech people itu orang-orang kreatif yang butuh konektivitas. Ini bagus. dan Bekasi adalah kawasan yang cocok untuk itu,” ujarnya.
Jababeka sendiri sebagai sebuah township development yang awalnya berbasis kawasan industri 3.0 dengan banyak perusahaan berbasis manufaktur, akan lebih akomodatif terhadap tren baru. “Sekarang ada kebutuhan industri 4.0, big data atau Internet of Things (IoT) dan lain sebagainya. Kami tengah merancang kawasan menuju ke sana dengan menerapkan konsep smart city,” imbuh Sutedja.
Jababeka berencana membangun sillicon valley Indonesia, rumah bagi para tech people dengan sejumlah ekosistemnya. (*)