Walikota Bekasi Blak-blakan, Soal Apa Sebabnya Kota Bekasi Dikepung Banjir?

oleh -816 Dilihat
oleh
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi meninjau Kali Cakung. (ist)

JATIASIH, BEKASIPEDIA.com – Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi menjelaskan alasan penyebab banjir yang mengepung kawasan Kota Bekasi, Jawa Barat pada Jumat dan Sabtu, 19-20 Februari 2021 lalu.

Orang nomor satu di Kota Bekasi ini menjelaskan topografi Kota Bekasi dialiri banyak Kali dan Sungai. Terdapat 3 sungai besar yang melintasi kawasan Bekasi, yakni Kali Bekasi, Cakung dan Sunter.

Beberapa wilayah juga dialiri sungai dan kali kecil sehingga ketika dilanda hujan intensitas tinggi, sejumlah wilayah tergenang banjir lokal lantaran wilayah resapan air semakin berkurang. “Ada Kali Bekasi di tengah-tengah. Di sebelah kanan dan kirinya masih ada 8 kali lagi, 3 kali di wilayah timur, 5 kali di wilayah barat. Ada Kali Cakung, Kali Sunter, Kali Jatikramat, Kali Jatiluhur, Kali Asem dan lainnya,” ungkap politisi Golkar ini saat meninjau ke kawasan Perum Nasio, Jatiasih, Kota Bekasi, Senin (22/2/2021) sore kemarin.

Kondisi tersebut diperparah dengan semakin berkurangnya wilayah resapan air yang kini berganti dengan permukiman penduduk.

Terlebih lagi, elevasi tanah Kota Bekasi yang pada awalnya banyak terdapat rawa-rawa, berada pada permukaan yang sangat rendah.

Alokasikan Rp 4 Triliun

Untuk mengatasi hal tersebut, Rahmat Effendi berjanji akan mengevaluasi banjir besar yang meredam sejumlah wilayah Kota Bekasi

Menurutnya, penanganan banjir di Kota Bekasi, harus diselesaikan dari hulu sampai hilir.

Untuk itu, penanganan banjir secara permanen bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dapat segera rampung.

“Penyelesaian DAS (Daerah Aliran Sungai:red) sungai kali Bekasi adalah tahap satu dari kementerian PUPR itu pengerjaan dari Pertemuan Kali Cikeas dan Cileungsi sampai dengan Bekasi itu tahap satu pengerjaannya 2021 mudah-mudahan bisa diselesaikan,” jelasnya pada Minggu (21/2/2021).

Terkait hal tersebut, pria yang akrab disapa Pepen itu menyebutkan telah disiapkan anggaran sebesar Rp 4 triliun untuk pembiayaan revitalisasi.

“Nantinya, akan dibagi tiga tahap, dan inj akan mengurangi beban volume dari Hulu,” ujar Pepen, sapaan akrab Walikota Bekasi.

Revitalisasi, kata Pepen, merujuk sejarah Kota Bekasi yang sebelumnya merupakan wilayah persawahan, Rawa hingga perkebunan karet.

“Tempat itu banyak sekali, seperti Rawa Tembaga, Rawa Pasung, Rawa Panjang dan segala macamnya,” katanya.

Seiring dengan waktu, kepadatan penduduk kota Bekasi terus bertambah dan lahan semakin bertambah sempit ditambah urbanisasi terus berjalan.

“Kepadatan penduduk hampir 16.000 jiwa per kilometer persegi, sehingga itu memakan ruang, curah hujan naik,” tandas Pepen.

Menurutnya, tidak ada cara yang lain selain menciptakan embung yang bertujuan untuk menampung air hujan.

“Sementara harga lahan di kota Bekasi sudah mahal harganya, kita butuh pembebasan lahan,” kata Pepen saat akan memimpin rapat.

Untuk itu, kata Rahmat, akan terus mencanangkan prioritas 60 persen APBD diperuntukkan penanggulangan banjir.

“Sehingga 2-3 tahun ke depan banjir kota Bekasi bisa mencapai penurunan yang signifikan, bukan cuma berbagi sembako saja di saat banjir, tapi menyelesaikan masalah,” jelasnya.

Penanganan banjir tersebut diungkapkannya diprioritaskan di wilayah banjir terparah seperti di Rawa Lumbu, perumahan Duta dan Ngurah Rai, Bekasi Barat yang tercatat mencapai 1,5 – 2 meter.

“Kita sudah tetapkan lahan seluas empat hektar menjadi tangkapan, tanggul (long storage), kalau nggak begitu, tidak bisa,” tutupnya.

“Elevasinya hanya 29 meter diatas permukaan laut. Beda dengan Depok tinggi, nah kita hanya 29 meter di atas permukaan laut. Rata-rata sama karena bekas sawah dan rawa. Itu banjir lokal semua tadi, karena tadi perencanaan lahan yang terpakai buat rumah tinggal,” tutur Rahmat.

Hal itu dibuktikan saat Rahmat kembali meninjau Perum Nasio di tahun ini. Ia melihat terdapat perbandingan ketinggian yang cukup jauh ketika banjir tahun lalu dan saat itu.

“Tahun lalu itu di sini cuma semata kaki, sekarang 1,8 meter rata-rata. Sekarang di dalam rata semua. Saya lihat mereka lagi bersihin kulkas, tempat tidur. Semua 1,8 meter rata-rata,” ucap Rahmat. (jek/ist)