TARUMAJAYA, BEKASIPEDIA.com – Mangkirnya pimpinan atau stakeholder PT. Hacaca dalam undangan Klarifikasi Penganiayaan Oknum TNI-AL terhadap Warga Kampung Poncol, Desa Segara Makmur yang terjadi di dalam kawasan proyek pergudangan PT. Hacaca menuai kekecewaan banyak pihak, baik dari Pemerintahan Desa, Kepolisian Sektor Tarumajaya maupun Koramil 02/Tarumajaya.
Kekecewaan lainnya juga tercetus dari para korban kekerasan, tokoh masyarakat dan sejumlah warga kampung Poncol yang hadir atas prakarsa Pemerintah Desa di Aula Kantor Desa Segara Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Selasa (27/10/2020) kemarin.

Seperti diutarakan Sugeng, Anggota BPD Segara Makmur bahwa upaya percepatan penyelesaian masalah korban penganiayaan yang diprakasai Pemerintahan Desa Segara Makmur bersama Koramil 02/Tarumajaya dan Kepolisian Sektor Tarumajaya dengan mengundang pihak PT. Hacaca telah dilecehkan dengan hadirnya pekerja ecek-ecek sebagai perwakilannya.
“Itu sama saja dengan pelecehan karena sama sekali kita tidak dianggap dan justru mengirim karyawan ecek ecek,” ujar Sugeng salah satu anggota BPD Segara Makmur geram.
Ucapan yang sama terlontar dari M. Sodik orang tua Sahrul Gunawan alias Takur, bahwa apa yang dilakukan PT. Hacaca dengan menempatkan Anggota TNI-AL sebagai petugas keamanan disesali Sodik, terlebih kawasan pergudangan PT. Hacaca bukanlah kawasan Objek Vital Nasional.
Sebagai orang tua, dirinya sangat terpukul dengan apa yang dialami putranya, sampai saat ini putranya shock dan mentalnya terganggu terlebih bila menemui orang yang memakai baju tentara.
Takur sendiri menjadi korban penganiayaan setelah pamit mau lihat keramain, fatalnya ketika dihampiri sekelompok tentara dirinya kemudian diseret dan dipukuli hingga tak sadarkan diri, sejumlah luka lecet dan luka lebam di tubuh dan wajahnya menjadi bukti kejamnya perlakuan oknum TNI-AL tersebut terhadap Takur yang masih remaja. Bahkan saat masih dalam pelukan ibunya yang menangis histeris masih saja ditendangi.
Saat ini, masih kata orang tua Takur, putranya mengalami gangguan di kepala dan rasa sakit di bagian pundak dan lehernya.
“Untuk berobat kami tidak mempunyai biaya sementara dari pihak PT. Hacaca sama sekali tidak memperdulikannya,” ucapnya lirih.
Kecaman lain datang dari Sri Rahayu, Kakak Hagung Toro alias Gugun, dari cerita sang kakak, gugun tergeletak bersimbah darah dengan sejumlah luka tusuk di punggung dan luka robek di wajahnya akibat dianiaya oleh sekelompok oknum anggota TNI-AL sehingga harus mendapat perwatan medis di RSUD Koja.
“Parahnya setelah tergeletak dengan bersimbah darah, Gugun dibiarkan begitu saja, bahkan untuk perobatannya saja kami harus pontang panting mencari pinjaman dan terpaksa membawa paksa pulang dari rumah sakit karena terbentur biaya,” ucapnya berharap ada pertanggung jawaban dari PT. Hacaca dan oknum tentara tersebut harus diadili.
Sementara Riska, mewakili sang suami Evi alias Elon salah satu korban yang dianiaya ke Tiga Anggota TNI-AL berharap ada perlindungan keamanan bagi suaminya yang hingga kini tidak diketahui keberadaannya, sang suami terancam akan dihabisi oleh oknum Anggota TNI-AL karena dianggap sebagai pemicu aksi serang dari kedua belah pihak.
Dari pantauan BEKASIPEDIA.com, umumnya para korban merasakan kekecewaan dengan tidak hadirnya pimpinan proyek pergudangan PT. Hacaca, warga maupun para korban aksi kekerasan oknum TNI-AL tidak mendapatkan kejelasan konsekwensi hukum.
Untuk tercapainya kejelasan hukum dan percepatan penyelesaian antara korban dan pihak PT. Hacaca, Pemerintah Desa yang dihadiri PJ Kades Segara Makmur A. Wahid dan Kaur Pemerintahan H. Barip akan mengundang ulang pihak terkait dengan tembusan Camat Tarumajaya Drs Dwy Sigit Andrian, Danramil 02/ Tarumajaya Kapten. Inf. Dicson Abislom, Kapolsek Tarumajaya AKP Yudho Anto Hutri dan Kepala BPD H Hussain. (tahar)
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=QQWZmcUZYUk[/embedyt]