BEKASIPEDIA.com | KABUPATEN BEKASI – Cahaya lampu atrium Mall Pollux Cikarang memantul lembut pada deretan busana adat yang tersusun rapi di panggung utama. Kain-kain batik Bekasi berpadu dengan mahkota Jawa, siger Sunda, hingga payas Bali yang berkilau. Di tengah gemerlap itu, puluhan perias pengantin dari berbagai sanggar datang dengan raut bangga. Mereka hadir bukan sekadar untuk menyaksikan sebuah pelantikan, tetapi momen penting yang akan menentukan arah perkembangan profesi mereka lima tahun ke depan.
Pada Minggu (16/11/2025), Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) “Melati” Ranting Cikarang resmi melantik jajaran pengurus baru periode 2025–2030.
Upacara ini menjadi penegasan kembali bahwa profesi perias pengantin tak sekadar berkaitan dengan kecantikan, tetapi juga pewarisan budaya, etika kerja, serta kompetensi yang terus berkembang mengikuti zaman.
Acara dibuka dengan sambutan Ketua Panitia, Devi Kikim, yang menyampaikan rasa syukur dan bangga atas terselenggaranya rangkaian kegiatan ini.
Devi menegaskan bahwa pelantikan bukan hanya seremoni, tetapi titik awal komitmen bersama untuk meningkatkan kompetensi dan mempererat solidaritas para pelaku seni rias di Cikarang.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung kegiatan mulai dari persiapan hingga pelaksanaan.
Akar Tradisi yang Menguatkan Profesi
HARPI “Melati”, organisasi yang berdiri sejak 23 Maret 1973, dibangun atas semangat melestarikan rias pengantin adat Nusantara—sebuah warisan turun temurun yang menjadi identitas bangsa. Nilai-nilai tersebut selaras dengan amanat UU Pemajuan Kebudayaan (UU No. 5/2017) dan Penguatan Industri Kreatif dalam UU No. 24/2019.
Di Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan kota industri yang terus tumbuh, keberadaan HARPI menjadi jembatan penting antara tradisi dan modernitas. Rias pengantin bukan sekadar sebuah jasa, melainkan karya budaya yang hidup di tengah masyarakat urban yang serba cepat.

Bude Karyo: Dari Perias Senior ke Pemimpin Organisasi
Tepat pukul 10.00 WIB, suara gong yang dipukul oleh Kabag Kepegawaian Kecamatan Cikarang Selatan, Dewi, menandai dimulainya babak baru. Karsiyah—yang lebih akrab dengan sebutan Bude Karyo—resmi dikukuhkan sebagai Ketua HARPI “Melati” Ranting Cikarang.
Bude Karyo naik ke atas panggung dengan kebaya krem sederhana, namun wibawanya tampak kuat. Bertahun-tahun bergelut sebagai perias adat menjadikan langkahnya mantap.
Dalam sambutannya, ia menegaskan visi kepemimpinannya:
“Perias pengantin bukan hanya memoles wajah, tetapi memuliakan identitas bangsa. Kami ingin HARPI Cikarang menjadi rumah peningkatan kompetensi, pusat sertifikasi, dan wadah kolaborasi industri agar para perias naik kelas.”
Kata-katanya disambut tepuk tangan meriah—bukan sekadar apresiasi, melainkan harapan akan masa depan profesi yang lebih tertata.

Rias Pengantin sebagai Diplomasi Budaya
Ketua DPC HARPI Kabupaten Bekasi, Retno Rayung Wulan, S.E, memberikan pesan yang tak kalah penting. Dengan suara lantang ia menekankan bahwa rias pengantin adat bukan sekadar layanan komersial.
“Ini warisan tak benda bangsa. Masyarakat harus paham bahwa setiap paes, siger, atau konde memiliki filosofi. Tugas HARPI adalah menjaganya tetap hidup—di panggung budaya, di media, hingga ruang digital.”
Retno percaya bahwa perias pengantin adalah duta budaya yang bekerja di garis depan, berhadapan langsung dengan publik.










