“Ada juga kasus, suaminya dulu pemakai narkoba, tapi sembuh. Karena, dulu enggak terdeteksi pas nikah. Baru kemudian ternyata kena HIV dan nular ke istrinya,” ujar Nofia.
Salah Satu Tertinggi
Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhiato Tjahyono menyebutkan, Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga di Jawa Barat terkait jumlah pengidap HIV/AIDS, setelah Kota Bandung dan Kota Bogor. Ia pun turut prihatin lantaran, penyebaran virus tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Namun, virus tersebut juga mulai diturunkan ke anak balita.
Ia beralasan, Kota Bekasi sebagai daerah urban penyangga ibu kota menjadi salah satu pemicu tingginya pengidap HIV-AIDS. Hal itulah yang menurutnya menimbulkan perilaku berisiko untuk terkena HIV-AIDS.
“Seks bebas, sering menggunakan jarum suntik yang berganti-ganti,” kata Tri.
Ia menambahkan, dalam rangka menanggulangi penyebaran HIV-AIDS, pihaknya telah bekerja sama dengan beberapa komunitas. Selain itu, untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS melalui Narkoba, pihaknya telah mengucurkan anggaran khusus melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).
“Apresiasi para penggiat anti-AIDS yang telah melakukan edukasi, promosi preventif, dan juga pendampingan pada saat adanya korban,” ujar Tri.
Sementara itu, Direktur RSUD Kota Bekasi, Kusnanto, menjelaskan, HIV-AIDS menular melalui perilaku seks bebas dan narkoba. Ia menyatakan, hingga saat ini belum ada obat yang dapat mematikan HIV-AIDS. Sementara itu, terkait dengan penanganan selama ini, pengidap HIV-AIDS diobati melalui penguatan sistem imun.
“Kalau sampai saat ini kita tidak bisa mengatakan bahwa itu bisa sembuh, tapi bisa dicegah,” kata Kusnanto (*)