Pemeriksaan bisa meliputi tes kadar kolesterol, kadar gula darah, tekanan darah, fungsi ginjal dan fungsi hati. Dari situlah seseorang dapat mengontrol faktor risiko stroke. Contohnya, jika terukur memiliki obesitas, maka berat badan harus dikontrol agar tidak mengarah pada kolesterol tinggi dan penyakit lain yang menjadi faktor risiko stroke.
Vivien pun menyarankan, walau tidak ada keluhan, orang berusia di atas 40 tahun sebaiknya lakukan medical check up setiap enam bulan. Penanganan penting Gejala awal stroke bisa dilihat dengan tanda-tanda bagian muka yang mendadak mencong, tangan atau kaki yang lemah, dan gangguan bicara. Kalau sudah begitu, maka segeralah ke rumah sakit.
Ada penanganan yang berbeda pula pada kasus stroke. RS Siloam pun memiliki tim stroke khusus apabila akan ada pasien stroke yang akan tiba. “Ada code stroke yang membuat semua harus siap. Mulai dari ambulans yang jemput dan datang, CT Scan di rumah sakit, kesiapan labotatorium dan tim gawat darurat yang sigap. Melalui pemeriksaan cepat dari CT Scan, nantinya bisa terlihat kalau misalnya strokenya penyumbatan, bukan pendarahan dan bisa disuntikkan obat,” jelas Vivien.
Peralatan medis berupa Magnetic Resonance Imaging (MRI) 3 Tesla dan Dual Source CT Scan pada Neuro Science Centre dapat mendeteksi kelainan di otak, termasuk penyumbatan pembuluh darah stroke.
Berbeda lagi penanganannya bila stroke akibat pecah pembuluh darah. Ketika pendarahan luas dan pasien secara klinis ada penurunan kesadaran, operasi harus segera dan cepat dilakukan.
Atur pola hidup sehat Pola hidup sehat menjadi cara pencegahan primer untuk hindari stroke beserta faktor risikonya. Perlu diingat asupan makanan harus seimbang, antara karbohidrat, lemak, dan juga serat. Perbanyak sayur karena ada kandungan antioksidan yang dapat mengurangi penumpukkan lemak. Selain itu, hindari stres dan rutin bergerak atau olahraga.