Tahukah Anda? Pola Makan Tinggi Lemak dan Gula Bisa Pengaruhi Kemampuan Otak

oleh -66 Dilihat
oleh
Ilustrasi dua orang wanita makan bersama. (ist/pixabay)

BEKASIPEDIA.com – Pola makan yang dikonsumsi sehari-hari tidak hanya berpengaruh terhadap risiko penyakit jantung dan stroke, tetapi juga dapat memengaruhi kemampuan otak dalam menavigasi lingkungan sekitar.

Dilansir dari Medical Daily pada Sabtu (4/10/2025), peneliti dari Universitas Sydney menemukan bahwa pola makan yang tinggi lemak jenuh dan gula tidak hanya meningkatkan risiko obesitas dan gangguan kesehatan kronis, tetapi juga dapat menurunkan kemampuan spasial otak, seperti mengenali lokasi, mengingat rute, dan memperkirakan jarak.

Temuan tersebut dipublikasikan dalam International Journal of Obesity yang menunjukkan dampak lain dari konsumsi makanan cepat saji terhadap fungsi otak.

Dalam penelitian tersebut, sebanyak 55 partisipan berusia muda diminta menavigasi labirin virtual dengan berbagai penanda visual untuk menemukan peti harta karun tersembunyi.

Peserta diberi enam kali kesempatan, masing-masing selama empat menit. Jika gagal, lokasi sebenarnya ditunjukkan selama 10 detik.

Pada percobaan terakhir, peti dihapus dari permainan, dan peserta diminta menandai posisinya dari ingatannya untuk mengukur seberapa baik mereka mempelajari rute tersebut.

Selain itu, pola makan para peserta dievaluasi melalui kuesioner, sementara kemampuan memori kerja diuji melalui latihan mengingat angka.

Hasilnya, peserta yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan gula olahan mengalami kesulitan lebih besar dalam mengingat lokasi peti dibanding mereka yang menerapkan pola makan lebih sehat.

Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa pola makan tinggi lemak dan gula dapat memengaruhi fungsi hippocampus yakni bagian otak yang berperan penting dalam navigasi spasial dan pembentukan memori.

“Penelitian ini memberikan bukti bahwa pola makan berperan penting bagi kesehatan otak di usia dewasa muda, masa ketika fungsi kognitif biasanya masih optimal,” kata peneliti dari Departemen Psikologi Fakultas Sains Universitas Sydney Dr. Dominic Tran, yang memimpin riset tersebut.

Meski demikian, para peneliti optimistis bahwa dampak negatif terhadap fungsi kognitif ini dapat diperbaiki melalui perubahan pola makan.

“Kabar baiknya, kami percaya kondisi ini dapat dengan mudah dibalik. Perubahan pola makan dapat meningkatkan kesehatan hippocampus, dan dengan demikian memperbaiki kemampuan kita dalam menavigasi lingkungan seperti saat menjelajahi kota baru atau mempelajari rute pulang,” ujar Dominic. (ist/ant)

“Untuk Pengiriman Press Release, Undangan Peliputan, Kerjasama Publikasi dan Iklan bisa hubungi: WhatsApp Only: 0822-4974-0969”.