BEKASIPEDIA.com – Bagi banyak orang, secangkir kopi di pagi hari atau minuman berenergi di sela aktivitas adalah “penyelamat” untuk menjaga fokus dan stamina. Namun, di balik sensasi waspada yang ditawarkannya, kafein bisa berubah menjadi pemicu stres baru ketika dikonsumsi berlebihan.
Tubuh biasanya memberikan sinyal, hanya saja tak semua orang peka membacanya.
Ahli Gizi dari Motherhood Hospital, Gurugram, Dr. Nisha, seperti dikutip dari Hindustan Times pada Selasa (25/11/2025) mengingatkan bahwa tubuh dapat menumpuk kafein lebih cepat dari yang disadari. Dampaknya pun bukan hanya fisik, tetapi juga menyentuh aspek psikologis.
“Sedikit saja berlebihan dapat menstimulasi sistem saraf secara berlebihan dan mengganggu tidur, pencernaan, serta suasana hati. Mendengarkan tanda peringatan awal tubuh adalah langkah pertama untuk menjaga energi tetap sehat dan seimbang,” ujar Dr. Nisha.
Ia memaparkan sejumlah tanda yang kerap muncul saat tubuh kewalahan memproses kafein. Beberapa di antaranya sering kali dianggap sepele, padahal merupakan alarm penting.
1. Tubuh Bergetar dan Rasa Gelisah yang Tidak Wajar.
Kafein bekerja dengan memblokir adenosin, sehingga sistem saraf pusat terstimulasi secara berlebihan. Hasilnya, tubuh memproduksi adrenalin dalam jumlah lebih tinggi dari normal. Kondisi ini bisa memperburuk kecemasan, meningkatkan stres, serta menurunkan fokus dan stabilitas emosi.
2. Sulit Tidur dan Kualitas Istirahat Menurun
Dengan waktu paruh 5–6 jam, konsumsi kafein terlalu sore dapat mengacaukan fase tidur nyenyak. Mereka yang sensitif biasanya mengalami tidur dangkal, sering terbangun, atau bangun tanpa merasa segar. Jika berlangsung terus-menerus, pemulihan tubuh, imunitas, dan kadar hormon pun ikut terganggu.
3. Jantung Berdebar Tanpa Aktivitas Berat
Detak jantung yang tiba-tiba cepat atau tidak beraturan bisa menjadi tanda tubuh tak mampu mengimbangi stimulasi dari kafein. Studi di Journal of Psychopharmacology bahkan menyebutkan bahwa palpitasi yang terus berulang perlu mendapat perhatian medis, terutama jika disertai gejala lain seperti pusing atau sesak.
4. Gangguan Pencernaan Berulang
Sering buang air kecil, kram perut, sakit lambung, atau naiknya asam lambung dapat muncul sebab kafein bersifat diuretik dan laksatif. Produksi asam lambung juga meningkat, sehingga memicu iritasi pada saluran cerna. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa mengganggu penyerapan nutrisi dan menyebabkan dehidrasi.
5. Sakit Kepala Saat Tidak Minum Kafein
Pembuluh darah di otak menyempit saat menerima kafein. Ketika asupan dihentikan, pembuluh darah kembali melebar, memicu sakit kepala yang kadang cukup intens. Jika kondisi ini terjadi setiap kali melewatkan kopi, itu bisa menjadi tanda ketergantungan.
Cara Aman Mengurangi Konsumsi Kafein
Mengendalikan konsumsi kafein bukan berarti harus berhenti mendadak. Dr. Nisha menyarankan beberapa langkah yang lebih bersahabat bagi tubuh:
Perbanyak minum air putih untuk membantu proses detoksifikasi.
Kurangi bertahap, misalnya mengurangi 25–50 mg tiap 3–4 hari untuk menghindari gejala withdrawal seperti lelah atau sakit kepala.
Alihkan pilihan minuman, seperti teh hijau, teh hitam, atau kopi tanpa kafein.
Tetapkan batas waktu, misalnya tidak mengonsumsi kafein setelah pukul 12.00–14.00 agar tidur tetap berkualitas.
Namun jika muncul gejala berat seperti detak jantung tidak beraturan, nyeri dada, kecemasan ekstrem, atau serangan panik, segera periksakan diri ke dokter.
Mengelola kafein dengan bijak adalah salah satu langkah sederhana untuk menjaga tubuh tetap seimbang. (pede)
“Anda Ingin Kerjasama Publikasi Artikel/Berita Promosi dengan Backlink. Biayanya Hanya Rp 200.000, Silahkan WA ke 0822-4974-0969″
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp BEKASIPEDIA agar tak ketinggalan update berita menarik setiap hari.





