Untuk Bahan Baku Air PDAM, Pemkot Bekasi Incar Kalimalang

oleh -758 Dilihat
oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot, Kota Bekasi, Jawa Barat. (*)

BEKASI SELATAN, BEKASIPEDIA.com – Pemerintah Kota Bekasi mulai mempertimbangkan pemindahan sumber air baku untuk keperluan produksi air bersih karena kondisi Kali Bekasi yang sering tercemar. Selain mengupayakan solusi atas kondisi tersebut, Pemkot Bekasi juga mengharapkan ketegasan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atas pencemaran yang kerap terjadi di Sungai Cileungsi hingga berimbas ke Kali Bekasi.

Hal itu disampaikan Wakil Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, yang dilansir Selasa (22/10/2019). Tri mengatakan, tiap musim kemarau tiba, dua PDAM yang sama-sama melayani warga Kota Bekasi dihadapkan pada kondisi sulitnya memperoleh air baku. Bukan karena kuantitasnya, tapi kualitasnya yang menjadi persoalan.

“Tiap kali kemarau, Kali Bekasi yang merupakan sumber baku bagi dua PDAM sering kali tercemar, seperti yang terjadi belakangan ini. Jika sudah tercemar, produksi sulit dilakukan sehingga tentu saja warga Kota Bekasi pelanggan PDAM yang turut merasakan dampaknya,” katanya.

Padahal, lanjut Tri, warga berhak atas jaminan memperoleh air bersih. Oleh karena itu, kondisi ini tak bisa dibiarkan terus berlarut.

Dirut PDAM Tirta Patriot, Sholihat, mengatakan, perihal kondisi ini juga kerap mendapat sorotan dari auditor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Jawa Barat. Mereka mendapati temuan menurunnya pengolahan air tiap bulan Juli-September setiap tahunnya.

“Pada bulan-bulan tersebut, pencemaran biasa dialami Kali Bekasi, sehingga tentu saja produksi air bersih yang kami lakukan pun otomatis terganggu,” katanya.

Kalimalang diperuntukkan bagi warga Jakarta, bisa digunakan secara terbatas. Sholihat menuturkan, setiap Kali Bekasi yang merupakan sumber air baku tercemar, produksi bisa saja tetap dilakukan melalui pemberian zat kimia dengan komposisi tertentu. Akan tetapi, jika kadar polutannya sudah sangat jauh melebihi ambang batas, mau tak mau produksi akhirnya dihentikan.

Berulangnya situasi seperti ini dalam beberapa tahun belakangan mendorong dicarikannya solusi permanen. Konsep yang tengah digodok dan diajukan usulannya ke pemerintah pusat ialah dengan memanfaatkan aliran Kalimalang yang kualitasnya lebih terjaga sebagai sumber air baku.

“Namun untuk ikut memanfaatkan Kalimalang ini tidak bisa sembarangan, sebab peruntukan utamanya ialah untuk pasokan air minum bagi warga Jakarta. Kami sudah berulang kali menyampaikan situasi yang dihadapi, hingga akhirnya Perum Jasa Tirta II mengizinkan pemanfaatan aliran Kalimalang, tapi di titik sebelum sipon,” kata Sholihat.

Hanya saja, mengambil air baku Kalimalang sebelum sipon membuat jarak ke pengolahan terlampau jauh. Oleh karenanya, investasi pembangunan jaringannya pun sangat tinggi.

“Kalkulasi awal bisa sampai Rp25 miliar untuk menyambungkan jaringan ini. Kami masih menunggu persetujuan dari pemerintah pusat berikut dukungannya agar permasalahan sulitnya akses air baku tertangani sehingga masyarakat pun terjamin kebutuhan akan air bersihnya,” katanya. (*)