Proyek Pembangunan Jembatan di Kampung Kedung Prasman Diduga “Siluman” Tampa Papan Nama Kegiatan & Menggunakan Coran Manual

oleh -1853 Dilihat
oleh
royek pembangunan jembatan di Kampung Kedung Prasman diduga proyek siluman karena tidak adanya papan nama kegiatan sehingga dikomplen warga dan organisasi masyarakat (Ormas) Pejuang Siliwangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. (foto: udin)

SUKAWANGI, BEKASIPEDIA.com – Proyek pembangunan jembatan di Kampung Kedung Prasman diduga proyek siluman karena tidak adanya papan nama kegiatan sehingga dikomplen warga dan organisasi masyarakat (Ormas) Pejuang Siliwangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Proyek pembangunan Jembatan Kampung Kedung Prasman yang berlokasi di RT 001/RW 10, Desa Suka Budi, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, diduga kuat sarat penyimpangan dan sudah melanggar Undang-udang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dengan tidak terpasangnya papan kegiatan serta tidak adanya pengawasan dari konsultan dan PPTK di lokasi pekerjaan proyek pembangunan jembatan yang rencananya akan dibangun secara permanen tersebut.

Bagi warga Kedung Prasman memang sangat didambakan oleh masyarakat akan tetapi sangat disayangkan pengecorannya dikerjakan secara manual yang akan mengurangi mutu dan kualitas jembatan tersebut dan sudah pasti tidak akan mampu bertahan lama.

Hal itu juga dikomentari tim anggota (Ormas) Pejuang Siliwangi. “Saya sangat tidak setuju pembangunan jembatan ini menggunakan cor manual dikarenakan sangat merugikan masyarakat begitu juga dengan kualitasnya kurang bagus juga,” kata Adulrojak pada Jumat (3/12/2021) kemarin.

Lebih lanjut dikatakan Adulrojak, seharusnya pengecoran jembatan Kampung Kedung Prasman RT 001/RW 10. Desa Suka Budi, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menggunakan beton Redimik atau yang lebih akrab bahasanya molen yang sudah tertera di dalam anggaran tersebut.

“Maka dari itu saya sebagai Ormas Pejuang Siliwangi di Kabupaten Bekasi sangat menolak dengan keadaan proyek ini dikarenakan proyek jembatan ini menggunakan coran secara manual. Saya harap harus dievaluasi kembali,” ucapnya.

Selanjutnya wartawan BEKASIPEDIA.com (Group JAKARTAPEDIA.id) meminta konfirmansi kepada salah seorang aparatur desa setempat yang enggan menyebutkan namanya mengatakan, dirinya sudah mengontrol dan memastikan bahwa pekerjaan harus menggunakan beton Redimik.

“Saya sudah ngontrol dan sudah ketemu pelaksana proyek pekerjaan jembatan ini waktu belum mulai pengecoran, saya tanya, bos ini nanti ngecornya pakai Redimik kan atau yang biasa disebut mobil molenkan? pelaksana itu menjawab iya pakai mobil molen, akan tetapi pada kenyataannya malah pakai mikser manual,” terangnya.

Padahal mobil molen, sambungnya, bisa masuk ke lokasi proyek meski memang harus diangkutin pakai mobil kecil atau yang biasa disebut ngepok. Bahkan jarak tempuhnya deket tidak jauh.

“Kalau menurut saya pekerjaan jembatan yang pengecorannya pakai mesin manual tidak bagus mutu dan kualitasnya. Beda jauh dengan yang pakai Redimik,” ujarnya.

Selanjunya, wartawan BEKASIPEDIA.com, mencoba konfirmasi kepada Badan Permusawaratan Desa (BPD) yang tidak mau disebutkan namanya. Dia menerangkan, warga desa memang sangat terbantu dengan adanya proyek pembangunan jembatan tersebut.

“Tapi kalau pekerjaannya seperti ini, saya merasa unek-unekan juga. Saya sudah bertanya kepada yang kerja di lapangan, dia juga tidak tahu, dia hanya sebatas ngesub saja, bukan pelaksana langsung. Adapun dengan proyek pekerjaan itu dia tidak tahu menahu,” tuturnya.

Masih di tempat yang sama salah seorang warga masyarakat berkomentar, “kalau pemborong mah cuma ngambil keuntungan doang dia mah, kalau sudah kelar mantog, artian saya mah itu pekerjaan jangan kaya jaling (Jalan Lingkungan-red) yang ini waktu itu pakai manual juga dapet enam bulan sudah pada merupug. Alhamdulilah si sudah ada proyek bangun sasak, saya seneng tapi sayangnya pekerjaannya asal asalan. Pengecoranya pakai manual yang saya takutin gak kuat lama seperti yang sudah terjadi pada pekerjaan jaling baru dapat enam bulan sudah merupug,” tuturnya dengan logat kampungnya yang kental.

Sampai berita ini ditayangkan, belum ada penjelasan dari pelaksana lapangan mau pun dari pengawas kegiatan tersebut. Sedangkan dinas terkait lainnya mengaku sudah mencoba menghubungi konsultan melalu telepon selularnya tapi tidak ada jawaban terkait pengecoran yang dikerjakan secara manual tersebut. (udin/pede)