BEKASIPEDIA.com | KOTA BEKASI – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bekasi menggelar Rapat Kerja Cabang (Rakercab) perdana untuk mengevaluasi program sepanjang tahun serta merumuskan langkah menghadapi tekanan ekonomi yang dirasakan sektor pariwisata jelang akhir 2025.
Ketua PHRI (BBC PHRI) Kota Bekasi, Yogi Kurniawan, mengatakan Rakercab menjadi momentum konsolidasi sekaligus penyegaran struktur organisasi agar lebih solid dan kolaboratif dalam memberikan layanan kepada seluruh anggota, mulai dari hotel hingga restoran.
“Rakercab ini bukan hanya ajang silaturahmi, tetapi juga evaluasi dan perencanaan. Kami ingin program kerja ke depan lebih sinergis dan mampu menjawab tantangan industri,” ujar Yogi pada Kamis (20/11/2025) di Hotel Merapi Merbabu, Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat.
Industri Waspada Menjelang Akhir Tahun
Menjelang pergantian tahun, sektor perhotelan yang biasanya menikmati puncak okupansi kini harus lebih berhati-hati. PHRI Kota Bekasi telah mengimbau seluruh hotel dan restoran untuk memaksimalkan persiapan, termasuk koordinasi dengan kepolisian maupun pemerintah daerah.
Ketua Panitia Pelaksana Rakercab sekaligus GM Hotel Grand Caman Jatibening, Riza Bayu Aji, menyebut tekanan ekonomi tahun ini membuat pelaku industri harus bekerja lebih keras untuk menjaga tingkat hunian.
“Secara normal, tahun baru itu masa panen bagi hotel. Tapi sekarang kami harus lebih waspada. Tetap ada persiapan, namun kondisi ekonominya menuntut strategi ekstra,” kata Riza.
Ia mengungkapkan perlambatan ekonomi nasional berdampak signifikan pada hotel-hotel di Bekasi. Agenda kementerian dan instansi yang biasanya menjadi sumber pendapatan utama menurun drastis.
“Dulu satu kementerian bisa punya 24 agenda setahun, sekarang hanya 2–5 agenda. Pendapatan turun jauh,” jelasnya.
Okupansi hotel hanya 30–40 Persen, tekanan masih tinggi
meski kondisi tidak separah masa pandemi, tingkat hunian hotel masih berada pada kisaran 30–40 persen.
Riza menilai tekanan terhadap pendapatan tetap besar dan mempengaruhi rantai pasok usaha kecil di sekitar industri perhotelan.
“Efek efisiensi anggaran pemerintah itu bukan hanya ke hotel, tetapi juga pemasok sayur, transportasi, hingga UMKM jajanan pasar. Semuanya kena imbas,” ujarnya.
PHRI Kota Bekasi mendorong pemerintah untuk lebih melibatkan pelaku industri dalam penyusunan kebijakan ekonomi.
Organisasi juga tengah memperkuat keanggotaan agar suara industri lebih solid dalam advokasi kebijakan.
Optimistis Situasi Membaik di 2026
Baik Yogi maupun Riza menyatakan optimisme bahwa kondisi industri perhotelan akan membaik pada 2026, seiring harapan terhadap arah kebijakan ekonomi nasional yang baru.
“Industri ini tidak boleh menyerah. Kita harus adaptif, bekerja sama, dan terus berjuang. Semoga 2026 membawa aura yang lebih positif,” ujar Riza.
Rakercab perdana PHRI Kota Bekasi ini diharapkan menjadi langkah awal memperkuat sinergi sektor perhotelan dengan pemerintah sekaligus menyiapkan strategi menghadapi tantangan ekonomi yang masih membayangi. (pede)






