Ini Dia Penjelasan Mengapa Bekasi Kerap Jadi Tempat Singgah Terduga Teroris?

oleh -4030 Dilihat
oleh
Kontrakan yang ditinggali tersangka teroris berinisial NAS di Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, digeledah tim Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88 Antiteror). Dari kontrakan itu, tim Densus 88 Antiteror banyak menyita buku-buku terkait jihad. (ist)

Ia adalah anggota JAD Bekasi yang sempat bermukim di sebuah rumah kontrakan di daerah Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Pada hari yang sama, Densus 88 Antiteror dan Polres Metro Bekasi langsung melakukan penggeledahan di rumah kontrakan yang beralamat di Kampung Rawa Kalong, Desa Karang Satria, RT002/04.

Hasilnya, Polisi mengamankan satu orang berinsial H (20) diduga anak dari terduga teroris NAS, berserta barang bukti buku-buku tentang ajaran tauhid, khilafah dan paham ISIS.

Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Candra Sukma Kumara, mengatakan, terdapat beberapa faktor yang membuat Bekasi menjadi lokasi transit para terduga teroris. Salah satunya ialah, wilayah setempat memiliki letak yang strategis.

“Bekasi memiliki jumlah penduduk yang padat, menjadi tempat transit yang ideal, seperti Tambun misalnya punya kepadatan penduduk yang sangat besar ditambah kos-kosan murah,” kata Candra.

Untuk itu, pihaknya selaku pemegang otoritas keamanan di wilayah Bekasi langsung merespon dengan berbagai langkah guna mempersempit ruang gerak organisasi teroris.

Salah satunya adalah pemasangan spanduk di hampir seluruh titik wilayah berisi himbauan dan ajakan memerangi paham teroris dan radikalisme.

“Ada sedikitnya 60 spanduk kami pasang di setiap wilayah baik di kecmatan maupun desa, spanduk brisi penolakan atas apaham terorisme dan radikalisme,” ungkapnya.

Candra juga menghimbau kepada pengurus RT/RW agar, mengaktifkan lagi aturan wajib lapor untuk setiap warga yang bertamu atau baru pindah di lingkungan masing-masing.

Hal ini dikarenakan, banyak terduga teroris cenderung menutup diri, apalagi ketika baru pindah atau menempati suatu rumah kontrakan. Mereka, lebih banyak diam dan enggan bersosialisasi.

“Aktifkan aturan 1×24 jam wajib lapor, jangan sampai tidak peduli dengan lingkungan dan lapor segera jika menemukan ada kecurigaan biar kami yang langsung menindak,” ungkap Candra.

Sememtara itu, Sumiati (28) warga yang mengontrak di samping terduga teroris NAS mengatakan, terduga teroris itu baru mengontrak selama kurang lebih dua bulan bersama seorang anaknya berinisial H.

“Jarang banget ngobrol, kalau ditanya juga enggak jawab paling senyum gitu aja, setiap hari keluar enggak tahu kerjaanya apa,” kata Sumiati.

Lingkungan tempat tinggal NAS dan Sumiati memang banyak terdapat rumah kontrakan, posisinya saling berdekatan, berjajar ada sedikitnya lebih dari 20 petak pintu.

Rumah kontrakan yang disewa NAS maupun Sumiati terbilang cukup besar, memiliki tipe tiga petak ruang depan, tengah, serta area dapur dan kamar mandi. Harga untuk tipe rumah kontrakan ini cukup terjangkau, hanya Rp 500 ribu per bulan.

“Kalau saya udah tinggal di sini hampir 2 tahun kali, tapi kalau yang itu (NAS) baru, tetangga sini juga enggak banyak yang kenal karena orangnya tertutup,” jelasnya.

Sementara itu petugas juga menemukan buku-buku diantaranya, Buku Panduan Jihad, Khilafatul Muslimin, delapan seri buku Dabiq ISIS, satu buku berjudul Dilema PKS serta buku berjudul Tiada Khilafah tanpa Tauhid dan Jihad.

“Barang bukti sudah dibawa Densus 88 dan barang bukti itu sudah diamankan,” kata Kapolsek Tambun Kompol Siswo yang mendampingi selama proses penggeledahan.