BABELAN, BEKASIPEDIA.com – Pelayanan air bersih PDAM sangat mengecewakan. Pasalnya, warga di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Jabar) mengaku sudah 11 hari kesulitan mendapatkan aliran air dari PDAM. Warga berharap suplai air dari PDAM kembali normal.
“Air dari PDAM belum mengalir, sudah 11 hari. Sama sekali nggak ada yang menetes,” kata seorang warga bernama Putri Bunga, Sabtu (23/9/2023) seperti dilansir dari detik.com.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, Putri harus meminta air ke masjid dan pos keamanan perumahan hingga harus membeli air bersih.
Selain itu, dia dan warga lain bergantung pada bantuan air bersih yang datang.
Dia berharap air dari PDAM kembali mengalir ke rumah warga.
Dia mendapatkan kabar kondisi suplai air bersih untuk warga terganggu karena sumber air PDAM tercemar limbah.
“Harapannya semoga segera nyala lagi dengan deras dan bersih. Karena sebelumnya sempet mengalir airnya, tapi kecil dan kotor. Dan semoga nggak ada drama mati-mati lagi air PAM-nya,” katanya.
Putri mengatakan pada hari ini truk tangki dari PDAM datang untuk menyalurkan air kepada warga.
Putri tinggal di sebuah perumahan di Kelurahan Kedung Pengawas, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
“Bulan lalu juga sudah mengalami PAM mati, seminggu kira-kira lamanya. Semoga pihak PAM dan pemerintah, menindaklanjuti pihak yang harus bertanggung jawab, yang mengakibatkan air menjadi tercemar limbah,” tambah Putri.
Hal senada disampaikan Yuni Fitria yang mengaku sudah mengalami krisis air bersih sejak pekan lalu.
Dia mengatakan beberapa perumahan sudah normal aliran airnya. “Di perumahan kami ini terdapat beberapa cluster. Nah cluster rumah saya ini kebetulan letaknya paling ujung di antara cluster yang lain. Sejak kemarin cluster lain sudah aktif mengalir aliran PDAM,” kata Yuni saat dimintai konfirmasi terpisah.
Dia mengatakan air di rumahnya hanya menyala pada malam dan dalam kapasitas kecil. Air sempat tidak mengalir sama sekali pada Jumat (22/9/2023) kemarin.
“Seharian air tidak menyala. Biasanya malam hari atau bahkan seringnya tengah malam baru air mengalir di tempat kami. Itupun tidak sampai masuk ke keran dalam, hanya keluar dari keran depan saja. Lalu kami mengangkutnya untuk memenuhi bak kamar mandi,” kata dia.
Dia mengatakan warga di kluster tempatnya tinggal bingung sekaligus geram terhadap kondisi penyalaan air yang tidak merata.
Mereka berharap aliran air kembali normal. “Seharian air tidak menyala. Biasanya malam hari atau bahkan seringnya tengah malam baru air mengalir di tempat kami. Itupun tidak sampai masuk ke keran dalam, hanya keluar dari keran depan saja. Lalu kami mengangkutnya untuk memenuhi bak kamar mandi,” kata dia.
Dia mengatakan warga di kluster tempatnya tinggal bingung sekaligus geram terhadap kondisi penyalaan air yang tidak merata. Mereka berharap aliran air kembali normal.
“Keluhan ini juga sudah disampaikan RT kami langsung ke PDAM. Jawabnya nanti akan datang teknisi mereka untuk mengecek. Tapi sampai saat ini belum ada teknisi yang datang. Mereka menyampaikan akan memberikan bantuan tangki air apabila belum ada teknisi ke sini untuk mengecek. Tapi yang kami inginkan bukan hanya bantuan tangki air, tapi kami ingin aliran air kembali merata ke rumah-rumah kami. Jadi kami tidak perlu susah payah mengangkut air dan sebagainya,” kata dia.
Kekeringan di Kabupaten Bekasi
Berdasarkan data Pusdalops BPBD Kabupaten Bekasi, hingga Kamis (21/9/2023) pukul 18.00 WIB, sebanyak 45 desa yang tersebar di 10 kecamatan daerah itu terdampak bencana kekeringan.
Wilayah kecamatan terdampak bencana kekeringan meliputi Kecamatan Cibarusah, Bojongmangu, Serang Baru, Cikarang Pusat, Babelan, Pebayuran, Sukawangi, Cabangbungin, Tarumajaya, hingga Kecamatan Muaragembong.
Sebanyak 178.004 jiwa dari 53.178 keluarga turut merasakan langsung dampak bencana kekeringan. Begitu pula 21.250 hektare lahan pertanian dengan 4.097 hektare di antaranya masuk kategori lahan pertanian terancam. (dtc/rus)
“Dibuka Kesempatan Bergabung Menjadi Wartawan/Kepala Biro di Kabupaten Bekasi, Berminat Silahkan WA ke 081510868686”