Empat Pasar Tua di Bekasi akan Direvitalisasi

oleh -1000 Dilihat
oleh
Pasar Kranji Baru. (ist)

BEKASI SELATAN, bekasipedia.com – Pemerintah Kota Bekasi berencana merevitalisasi empat pasar tradisional di wilayah setempat. Keempat pasar itu adalah Pasar Kranji Baru, Pasar Jatiasih, Pasar Family Mart dan Pasar Bantargebang

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bekasi Makbullah mengatakan, proyek pembangunan keempat pasar itu dibiayai oleh pihak ketiga.

Setelah dibangun, pasar akan dikelola oleh pihak ketiga dan keuntungan akan dibagi rata oleh pemerintah daerah. “Pasar akan dikelola pihak ketiga selama 20 tahun, setelah itu bangunan akan diserahkan ke pemerintah daerah untuk dijadikan aset,” kata Makbullah seperti dilansir Minggu (17/3/2019).

Makbullah mengatakan, nilai proyek revitalisasi pasar ini bervariasi tergantung dimensi dan luas pasar yang dibangun. Misalnya untuk Pasar Kranji Baru nilai investasinya sebesar Rp 145 miliar lebih, Pasar Jatiasih sebesar Rp 44 miliar lebih, Pasar Family Mart senilai Rp 17 miliar lebih dan Pasar Bantargebang sebesar Rp 42 miliar lebih.

“Meski nilainya berbeda, tapi bangunannya tetap dua lantai,” ujar Makbullah.

Kata dia, pemerintah sebetulnya bisa saja membangun pasar tersebut menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Hanya saja, pemerintah lebih memprioritaskan pembangunan sekolah dan jalan baru, sehingga pembangunan pasar diserahkan ke pihak ketiga. “Selama bisa dikerjasamakan dengan pihak ketiga yah nggak apa-apa, apalagi mereka yang bangun dan setelah itu (20 tahun kemudian) akan jadi aset kita,” jelasnya.

Menurut dia, keempat pasar ini dibangun ulang karena kondisinya dianggap tidak layak. Selain atap bocor, sistem drainase juga kurang baik sehingga bisa menimbulkan kesan kumuh.

“Kondisinya tidak layak dan tidak nyaman karena usia keempat pasar itu sudah 33 tahun atau dibangun tahun 1986 lalu,” ungkapnya.

Dia menambahkan, agar aktivitas transaksi tetap berjalan pemerintah meminta kepada pihak swasta untuk dibuatkan tempat relokasi sementara di sekitar pasar.

Dengan demikian, kata dia, para pedagang tetap bisa berjualan dan konsumen bisa membeli kebutuhan keluarganya.

“Meski dibangun, pembeli dan penjual tetap bisa bertransaksi karena kami sudah minta ke pihak ketiga agar dibuatkan tempat relokasi sementara. Hanya sementara kok, karena kita minta tahun ini selesai dibangun,” jelasnya.

Salah seorang pedagang di Pasar Jatiasih bernama Boy mengatakan, kondisi pasar saat ini sangat buruk. Bukan hanya atap banyak yang jebol, namun keramik lantai juga terkelupas sehingga tidak nyaman untuk pedagang maupun pembeli.

“Fasilitas umum seperti toilet juga tidak representatif, bukan hanya jorok tapi menimbulkan kesan kumuh,” kata Boy.

Boy juga meminta, agar sistem drainase pasar diperbaiki sehingga air sisa berjualan para pedagang bisa terbuang dengan baik.

Selain itu, sistem pengelolaan pengangkutan sampah juga terus ditingkatkan, sehingga sampah bekas berjualan bisa langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu.

Menurut dia, keempat pasar ini dibangun ulang karena kondisinya dianggap tidak layak. Selain atap bocor, sistem drainase juga kurang baik sehingga bisa menimbulkan kesan kumuh.

“Kondisinya tidak layak dan tidak nyaman karena usia keempat pasar itu sudah 33 tahun atau dibangun tahun 1986 lalu,” ungkapnya.

Dia menambahkan, agar aktivitas transaksi tetap berjalan pemerintah meminta kepada pihak swasta untuk dibuatkan tempat relokasi sementara di sekitar pasar.

Dengan demikian, kata dia, para pedagang tetap bisa berjualan dan konsumen bisa membeli kebutuhan keluarganya.

“Meski dibangun, pembeli dan penjual tetap bisa bertransaksi karena kami sudah minta ke pihak ketiga agar dibuatkan tempat relokasi sementara. Hanya sementara kok, karena kita minta tahun ini selesai dibangun,” jelasnya.

Salah seorang pedagang di Pasar Jatiasih bernama Boy mengatakan, kondisi pasar saat ini sangat buruk.

Bukan hanya atap banyak yang jebol, namun keramik lantai juga terkelupas sehingga tidak nyaman untuk pedagang maupun pembeli.

“Fasilitas umum seperti toilet juga tidak representatif, bukan hanya jorok tapi menimbulkan kesan kumuh,” kata Boy.

Boy juga meminta, agar sistem drainase pasar diperbaiki sehingga air sisa berjualan para pedagang bisa terbuang dengan baik.

Selain itu, sistem pengelolaan pengangkutan sampah juga terus ditingkatkan, sehingga sampah bekas berjualan bisa langsung diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumurbatu. (*)